MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “ISLAM MEMBAWA KETENANGAN HIDUP DUNIA DAN AKHIRAT”


BAB I
PENDAHULUAN

  1.1  Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang senantiasa memberikan ketenteraman dan kesejahteraan, kedamaian, serta menciptakan suasana sejuk dan harmonis bukan hanya diantara sesama umat manusia tetapi juga seluruh umat Allah yang hidup di muka bumi. Manusia merupakan khalifah (wali) di muka bumi ini, Islam memandang bahwa bumi dengan
segala isinya merupakan amanah dari Allah agar digunakan sebaik baiknya bagi kesejahteraan bersama. Karena agama Islam bersifat universal, implementasi dari kedatangan agama Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam ditunjukkan oleh adanya ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al Hadis. Rasulullah SAW, yang telah mengajarkan kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat secara seimbang. Seluruh umat muslim dituntut.
agar tidak mementingkan kehidupan duniawi atau akhirat saja akan tetapi dianjurkan agar hidup ditengah-tengah keduanya. Sebagaimana dalam firman Allah (QS. Al-Qashash 77).








“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”( QS.Al-Qashash 77)


1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa rumusan masalah
1.      Apa hakikat dari islam dan kebahagiaan?
2.      Apa saja kebahagiaan dalam islam?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan?

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Islam dan Kebahagiaan
Islam menyatakan bahwa kebahagiaan adalah anugerah. Betapa indahnya Islam dalam mengatur kehidupan manusia. Anugerah dari Allah adalah kebahagiaan yang tak terkira. Kebahagiaan dan kesejahteraan adalah harapan bagi manusia, akan tetapi kebahagiaan bukan merujuk pada sift jasmani insane, akan tetapi merujuk pada keyakinan diri akann hakikat terakhir yang mutlak yang akan dicari-cari itu.  Keyakinan diri itu berupa keyakinan akan hak Ta’ala dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan berdasarkan hati nuraninya.
Kebahagiaaan hidup dalam penangan Islam tidak hanya dilihat pada sisi materi saja. Imam Al- ghazali menyatakan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah jika manusia berhasil mencapai ma’rifatullah. Tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat,kesenagngan ankelezatanya maka rasaa itulah yang dinamakan kebahagiaan.limpahan karunia yang Allah berikan dengan usaha yang kita jalani, semakin membuat manusia merasa bersyukur. Manusia bebas dalam memilih jalan akan tetapi tak pernah lepas dari takdir Allah. Dalam kebahagiaan ada dua kata kunci yaitu takdir dan usaha.
1.      Takdir
Takdir merupakan ketetapan/ ketentuan Allah kepada manusia. Jikamanusia meyakini akan takdir Allah, maka timbulah ketabahan, yang mana dengan ketabahan itu hati akan merasa tenang. Ketabahan itu yang memicu dari kebahagiaan yang melawan dari tekanan keadaan dank an memancarkan cahaya pasrah yang mampu menepis kesal dan amarah.
Dalam Firman Allah Q.S. Al- insan :12 dijelaskan “ dan Dia member balasan kepada mereka karena ketabahan mereka (dengan) Syurga dan (pakaian) sutera…”. Itulah balasan bagi orang-orang yang ikhlas,tabah dan sabar maka kebahagiaan akhiratlah jaminanya.

2.             Usaha
Usaha yang baik akan mengandung nilai yang sakralyang mengandung kekuatan dan keikhlasan. Orang aka merasa bahagia jika usaha yang dilakukan menampakan hasil seperti yang diharapkan. Usaha yang dilakukan orang mukmin tak lepas dari bingkai ibadah, sebagai pengabdian diri kepada Allah.
Manusia lebih mudah dalam mencapai kebahagiaan. Sebagai hamba muslim, jika ia pandai bersyukur akan nikmat Allah maka hati dan pikiran akan merasa tenang dan terasa lebih tentram. Pada hakikatnya kebahagiaan yang didapat oleh seseorang muslim lebih bersifat nyata dan pasti. Sementara bagi orang yang tidak beriman kebahagiaan itu hanyalah letupan sesaat. Ketika menemukan hal-hal yang diinginkan maka ia akan terlepas dari beban yang menghimpitnya. Akan tetapi jika hal itu hilang maka hilnglah kebahagiaan itu. Karena tidak disertai dengan keikhlasan. Kebahagiaan tetaplah rahasia Illahi
Dari pemaparan tersebut kita tahu bahwasanya kebahagiaan merupakan perasaan damai dan tenang yang timbul pada diri manusia. Sehingga muncul kesenangan hidup. Rasa bahagia timbul karena usaha dan hasil yang sesuai, akan tetpai jika manusia pandai bersyukur setiap apapun yang dihadapinya akan mengandung hikmah atau makna kebahagiaan.

B. PEMBAGIAN KEBAHAGIAAN
Di dunia ini kebahagian ada 2 yaitu bahagia dunia dan akhirat , di dalam islam keduanya haruslah seimbang antara hidup di dunia dan hidup di akhirat kelak nanti, adapun penjelasan dari keduanya yaitu :
1.      Kebahagiaan dunia
Islam telah menetapkan beberapa hukum dan beberapa kriteria yang mengarahkan manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan kehidupan sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qashshash: 77)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini, {Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat} maksudnya, gunakan apa yang sudah allah berikan kepadamu dari harta yang banyak ini dan nikmat yang berlimpah dalam ketaatan kepada Tuhanmu dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai amal ibadah yang dengannya engkau mendapatkan pahala di negeri akhirat. {dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi} maksudnya, dari kenikmatan di dalamnya yang telah Dia halalkan untukmu berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan menikah. Karena Rabbmu memiliki hak atasmu, begitu juga dirimu, keluargamu, tetanggamu memiliki hak atasmu. Maka berikan hak untuk setiap pemiliknya."
Bahkan dibeberapa tempat Allah menyatakan membeli kehidupan dunia seseorang yang akan dibayar dengan kebahagiaan akhirat berupa surga. Contohnya dalam firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Taubah: 111) 
2.      Kebahagiaan akhirat
Kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang kekal. Menjadi balasan atas keshalihan hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman,
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ
"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS. Al Nahl: 30)
Islam telah menetapkan tugas manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya bersungguh-sungguh dan bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya.
Ujian-ujian ini  akan selalu mengisi hidup manusia yang menuntunnya untuk bersabar, berkeinginan kuat, bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan berakhlak mulia serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan, kelapangan, dan ridla.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ  أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Seluruh urusannya bernilai baik. Jika mendapat kebaikan dia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika tertimpa keburukan dia bersabar, dan itu baik untuknya." (HR. Muslim)

C.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan dalam Islam
Islam memandang bahwa materi merupakan sarana bukan tujuan dalam mencapaikebahagiaan. Kebahagiaan tidak dating dengan dengan sendirinya semua itu perlu adanya proses dan proses menuju jalan itu biasanya ada yang mempengaruhinya. Dapat disinggung bahwa hal-hal yang mempengaruhi kebahagiaan antara lain :

1.      Beriman dan beramal shaleh
Dalam meraih kebahagiaan melalui iman dapat ditinjau dari beberapa segi
a)      Orang yang beriman kepada Allah Yang Maha tinggi dan Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa, maka dia akan merasakan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan bosan dengan kehidupannya, bahkan akan ridla terhadap takdir Allah pada dirinya, pastinya dia akan bersyukur terhadap kebaikan dan bersabar atas bala'.
Ketundukan seorang mukmin kepada Allah membimbing ruhaninya yang menjadipondasi awal untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya memiliki makna dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah berfirman,
   الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan

b)      Iman menjadikan seseorang memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk diwujudkan. Maka hidupnya akan memiliki nilai yang tinggi dan berharga yang mendorongnya untuk beramal dan berjihad di Jalan-Nya. Dengan itu pula, dia akan meninggalkan gaya hidup egoistis yang sempit sehingga hidupnya bermanfaat untuk masyarakat di mana dia tinggal. Ketika seseorang bersifat egois maka hari-harinya terasa sempit dan tujuan hidupnya terbatas. Namun ketika hidupnya dengan memikirkan fungsinya, maka hidup nampak panjang dan indah, dia akan merasakan hari-harinya penuh nilai.

c)      Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana untuk menghilangkan kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu dia akan senantiasa diuji dalam hidupnya. Dan ujian-ujian itu termasuk untuk menguji keimanan, maka akan tumbuh dalam dirinya kekuatan sabar, semangat, percaya kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, memohon perlindungan kepada-Nya, dan takut kepada-Nya. Potensi-potensi ini termasuk sarana utama untuk merealisasikan tujuan hidup yang mulia dan siap menghadapi ujian hidup.  Allah Ta'ala berfirman:
إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ
"Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Nisaa': 104)



2.       Akhlak yang mulia
Manusia sebagai makhluk social selalu melakukan interaksi dengan sesamanya sehingga selalu memerlukan bantuan orang lain. Jika dalam bersosialisasi manusia selalu ingin memberikan perhatian yang besar terhadap sesamanya jangan sampai menyinggung ataupun menyakiti hati orang lain karena akan berdampak pada diri sendiri. Dalam surat Al-maidah ayat 2 Allah berfirman “ dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan manusia untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Akhlak yang mulia yang dapat mencerminkan kepribadia seseorang dapat mengundang kebaikan bagi diri sendiri itulah mengapa manusi selalu dianjurkan untuk dapat berbuat baik terhadap sesame karena dampaknya akan terlihat pada diri sendiri. Lihatlah orang yang mempunyai sifat bakhil, dengki dan iri, dalam keseharianya tak pernah diliputi rasa bahagia, karena hanya memikirkan  tentang orang lain. Jika orang lain mendapatkan kenikmatan hatinya tidak tenang karena merasa tersaingi, sehingga cukup sulit untuk mendatangkan kebahagiaan.
Bahagia sebenarnya cukup mudah didapat jika kita bias memahami diri sendiri, tak pernah mencampuri urusan orang lain. Sesungguhnya kebahagiaan orang beriman adalah dengan mencintai Allah, dan mencintai Allah merupakan puncak dari segala kebahagiaan dan hanya bias dinikmati oleh mereka yang sungguh-sungguh beriman dan tidak mau menerima kebahagiaan selainya.

3.      Perbanyak dzikir
Sesungguhnya keridlaan hamba tergantung pada dzat tempat bergantung. Dan Allah Dzat yang paling membuat hati hamba tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-Nya. Karena kepadaNya seorang mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan dan menghindarkan dari mara bahaya. Karena itulah, syariat mengajarkan beberapa dzikir yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah Ta'ala sesuai tempat dan waktu, yaitu ketika ada sesuatu yang diharapkan atau ada sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir tadi mengikat seorang hamba dengan penciptanya sehingga dia akan mengembalikan semua akibat kepada yang mentakdirkannya.
Dalam Firmanya Allah menjelaskan :
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)
Itulah begitu besarnya kekuatan dzikir bagi kehidupan manusia. Dengan dzikir segala kegundahan menjai hilang, hati menjadi tenang tak pernah diliputi rasa kecewa jika manusi senantiasa selalu mengingat Allah. Dalam hadist lain Nabi juga menjelaskan, "Bersemangatlah mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah janganlah berkata: ‘Seandainya saya berbuat begini maka tentu tidak terjadi begitu.’ Namun katakanlah: ‘Allah telah menakdirkan musibah ini. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi’. Karena perkataan ‘Seandainya’ dapat membuka perbuatan syetan." (HR. Muslim).
Manusia selalu dianjurkan untuk memperbanyak dzikir agar selalu disertai Allah sehingga tidak ada perasaan takut dan gelisah. Berbahagialah menjadi seorang muslim Karena sesungguhnya muslim sejati yang dapat meraih kebahagiaan yang hakiki. Indahnya kebahagiian yang tampak disekeliling kita merupakan panggilan hakiki untuk memperoleh kebahagiaan.
4.      Menjaga kesehatan
Kesehatan di sini mencakup semua sisi; badan, jiwa, akal, dan ruhani. Menjaga kesehatan badan merupakan fitrah manusia, karena berkaitan dengan kelangsungan hidup dan juga menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan materi seperti makan, minum, pakaian, dan kendaraan.
- Kesehatan fisik: Islam sangat menghargai kehidupan fisik manusia. Karenanya Islam melarang membunuh tanpa ada sebab yang dibenarkan syari'at sebagaimana Islam melarang setiap yang bisa membahayakan badan dan kesehatannya. Allah Ta'ala berfirman, "dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." (QS. Al An'am: 151 dan al Isra': 33)


وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
". . dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk . . " (QS. Al A'raaf: 157)
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Tidak (boleh melakukan/menggunakan sesuatu yang) berbahaya atau membahayakan (orang lain)." (HR. Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan Ibnu Majah)
- Kesehatan jiwa: banyak orang yang tidak memperhatikan kesehatan jiwa dan tidak memperdulikan cara untuk menjaganya, padahal dia pilar pokok untuk meraih kebahagiaan. Karena itu, Islam sangat memperhatikan pendidikan jiwa dan menyucikannya dengan sifat-sifat mulia.
Kesehatan jiwa tegak dengan iman lalu dihiasi dengan akhlak terpuji dan disterilkan dari akhlak buruk seperti marah, sombong, berbangga diri, bakhil, tamak, iri, dengki, dan akhlak buruk lainnya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Thaahaa: 131)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "jika kalian bertiga, janganlah yang dua orang berbisik-bisik tanpa mengikutkan yang satunya sehingg mereka berkumpul dengan orang banyak supaya tidak membuatnya sedih." (Muttafaq 'Alaih)
Allah Ta'ala berfirman, "Hai orang-orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim." (QS. Al Hujuraat: 11)

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hujuraat: 12)
- Kesehatan akal: Akal adalah sebab utama manusia mendapat taklif (beban syari'at). Karenanya Allah memerintahkan untuk menjaganya dan mengharamkan sesuatu yang membahayakan dan merusaknya. Sebab utama yang menghilangkan kesadaran akal adalah hal-hal yang memabukkan dan yang diharamkan. Allah Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)." (QS. Al Maaidah: 90-91)
- Kesehatan ruhani: Syari'at sangat memperhatikan sarana-sarana yang bisa menjaga kesehatan ruhani. Makanya seorang mukmin diperintahkan untuk dzikrullah setiap saat sebagaimana mewajibkan, dalam batas minimal, untuk memenuhi nutrisi ruhani seperti perintah shalat wajib, puasa, zakat, haji dan medan yang lebih luas lagi dalam bentuk amal sunnah dan segala amal untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ibadah-ibadah ini mengikat seorang hamba dengan Rabb-Nya dan mengembalikannya kepada Sang Pencipta ketika tersibukkan oleh dunia. Karenanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "dan dijadikan kebahagiaan hatiku dalam shalat." Beliau bersabda kepada Bilal, "wahai bilal, hibur kami dengan shalat."
Syari'at juga melarang segala tindakan yang bisa merusak ruhani dan melemahkannya. Syari'at melarang mengikuti hawa nafsu, mengerjakan hal syubuhat, dan memanjkan diri dalam kenikmatan karena biasa menyebabkan hati menjadi mati. Karena itulah Allah menyifati orang-orang kafir laksana binatang, "Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al Furqaan: 44)

وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
"Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka." (QS. Muhammad: 12)
5. Berusaha meraih materi yang mendatangkan kebahagiaan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Islam tidak mengingkari urgensi  meteri untuk merealisasikan kebahagiaan. Hanya saja, semua materi ini bukan sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan, namun hanya sebagai sarana saja. Banyak nash menguatkan kenyataan ini, di antaranya firman Allah Ta'ala,
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
"Katakanlah: 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al A'raaf: 32)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "sebaik-baik harta adalah yang dimiliki hamba shalih." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "di antara unsur kebahagiaan anak Adam: istri shalihah, tempat tinggal luas, dan kendaraan nyaman."
6. Memanajemen waktu, karena waktu adalah modal utama manusia selama hidup di dunia. Oleh sebab itu, Islam sangat memperhatikan waktu dan akan meminta pertanggungjawaban seorang mukmin tentang waktunya. Dan kelak di hari kiamat, dia akan ditanya tentang waktunya. Perintah dalam Islam sangat membantu manusia untuk mengatur waktunya dan memanfaatkannya dengan baik antara memenuhi kebutuhan hidup dan materinya di satu sisi, dan untuk memenuhi kebutuhan ruhani dan ibadah pada sisi lainnya. Islam telah memerintahkan orang beriman agar memanfaatkan waktu untuk kebaikan dan amal shalih.
Allah Ta'ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ . وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?'." (QS. Al Munaafiquun: 9-10)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan empat hal: Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan; Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja; Hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya; Ilmunya, apakah diamalkan atau tidak." (HR. Tirmidzi )
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits lain,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Ada dua nikmat yang mayoritas orang merugi pada keduanya, yaitu (nikmat) sehat dan waktu luang." (HR. Al Bukhari dari Ibnu Abbas)






















BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa islam begitu indah siapa saja yang dekat dengan islam pasti merasakan kebahagiaan. Hakikat kebahagiaan dalam islam tidak hanya berwujud materi saja karena kebahagiaan timbul dari hati dan hanya orang yang merasaknya yang dapat mengetahuinya. Kebahagiaan sejati adalah ketika kita mengenal Allah kita merasa dekat dengan Nya dan mencintaiNya dengan tulus. Sesungguhnya kebahagiaan orang beriman adalah dengan mencintai Allah, dan mencintai Allah merupakan puncak dari segala kebahagiaan dan hanya bias dinikmati oleh mereka yang sungguh-sungguh beriman dan tidak mau menerima kebahagiaan selainya.
Untuk meraih kebahagiaan memang tak mudah karena itu menyangkut perasaan dan suasana hati. Kebahagiaan akan terpancar jika dibarengi dengan usaha yang maksimal. Meskipun kesuksesan tidak menjamin akan datagnya kebahagiaan akan tetapi dengan keyakinan hati maka kebahagiaan itu akan timbul. Keseimbangan hidup dalam menggapai kebahagiaan dunia harus dibarengi dengan usaha untuk menggapai kebahagiaan akhirat. Dengan menyeimbangkan makna dan tujuan hidup maka mudah sekali seseorang dalam mengapai kebahagiaan karena sesuai dengan perencanaan.
Kebahgiaan tak dating dengan sendirinya banyak faktor yang mempengaruhinya salah satunya adalah dengan beriman dan beramal shalih, memiliki akhlak yang mulia, daan selalu berdzikir selalu mengingat Allah. Jika kita merasa bahwa Allah selalu bersama dengan kita yakinlah bahwa segala sesuatu tak pernah ada yang sia-sia. Berbahagialah menjadi seorang muslim Karena sesungguhnya muslim sejati yang dapat meraih kebahagiaan yang hakiki.








DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Al-Qarni ‘Aidh. La Tahzan for Smart Muslimah. Jakarta : Grafindo khazanah Ilmu. 2008
Artikel www. Muslimah. Or. Id
Hartati Netti, Dkk. Islam dan Psikologi. Jakarta : PT RajaGraindo. 2004.
Suryadilaga Sutrisna. The Balance Ways ( Jalan Menuju Keseimbangan Hidup untuk Kesuksesan dan Kebahagiaan Sejati). Jakarta : Hikmah. 2007
Walgoti Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset. 1989


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROPOSAL USAHA KRUPUK SEBLAK KERING

KULINER